OlehFachruddin Mangunjaya
Dikutip dari Sinar Harapan
Udara cerah di Tanjung Redep. Sesaat saja embun pagi yang mengambang di Sungai Segah telah hilang ditelan terik matahari. Saya melangkah ke dalam perahu mesin yang akan membawa ke Pulau Derawan. Perahu ini adalah milik seorang pengusaha kolektor telur penyu “legal” yang diberi izin oleh pemerintah Daerah Kabupaten Berau, untuk panen telur penyu di beberapa kepulauan yang ada di kawasan Berau seperti Pulau Sangalaki, Pulau Semamak dan Maratua.Perahu mesin (kelotok) merupakan sarana paling murah yang bisa ditumpangi orang yang mempunyai kantung pas-pasan. Memang sangat jarang perahu yang datang ke Kepulauan Derawan ini. Sedangkan wisatawan mancanegara –yang biasanya turun dari pesawat di Lapangan Terbang Kalimarau, Tanjung Redep —langsung menuju Pulau Derawan dengan menggunakan speed boat yang telah ditambatkan di pelabuhan khusus. Dengan menggunakan speed boat, ke P. Derawan hanya memakan waktu dua hingga tiga jam. Sedangkan dengan perahu motor, bisa dicapai setelah tujuh jam. Namun, saya tentu saja beruntung, menggunakan perahu motor sekaligus bisa menikmati udara segar dengan perahu yang secara perlahan juga bisa menikmati pemandangan serta flora fauna yang ada di kawasan sungai. Saat perjalanan misalnya, saya bisa sambil mengamati burung-burung raja udang yang bertebangan di pinggiran sungai yang luasnya sekitar satu setengah kilometer hingga dua kilometer itu. Menurut Pak Sofyan, salah seorang tokoh aktivis lingkungan di Kabupaten Berau, disepanjang sungai itu bila beruntung juga ada ditemukan kera berhidung mancung (bekantan). Di Kabupaten Berau, menurut laporan terakhir The Nature Conservancy, ditemukan populasi baru orangutan, yang tadinya diduga telah punah.Tentu saja saya bisa mempunyai catatan tersendiri mengenai perahu yang saya tumpangi. Anda mau tahu? Menurut cerita Amir, perahu yang dikemudikannya itu akan mengangkut sekitar antara 100.000—200.000 telur penyu yang diambil setelah beberapa hari telur itu dikumpulkan di pulau-pulau Maratua, Derawan, Semamak dan Pulau Sangalaki. Pulau pulau kecil di Kabupaten Berau ini surga bagi penyu untuk bertelur. Di Pulau Sangalaki misalnya apabila musim penyu bertelur dapat dijumpai ratusan penyu yang mendarat kemudian bertelur di pulau tersebut. “Sekali bertelur jumlahnya antara 80-200 biji,” kata Amir. Bisa dibanyangkan bila rata-rata ada 50 penyu yang bertelur, maka akan ada 4000 hingga 10.000 telur yang dipanen. Maka kalau satu pekan berarti 70.000 telur yang akan terkumpul. Kalau di Pulau Derawan hanya dua atau tiga ekor penyu yang bertelur setiap malam, tapi di Pulau Sangalaki dijumpai rata-rata 30 ekor penyu yang bertelur setiap malam.Pengumpulan telur itu dilakukan di beberapa pulau setiap malam, langsung setelah sang penye bertelur. Tidak heran Pemerintah Daerah Kabupaten Berau melakukan lelang pada para kolektor telur penyu di pulau ini setiap tahun. Tahun ini dilakukan lelang pulau tempat bertelur penyu tersebut seharga lebih dari satu milyar sebagai sumber pendapatan asli daerah Kabupaten Berau. Di Kalimantan Timur telur penyu sudah menjadi santapan istimewa dalam setiap pesta. Karena telur ini dipercaya mempunyai khasiat sebagai aprodisiac “obat kuat”. Itu sebabnya ketika sebuah kapal penampung telur penyu tiba di pelabuhan kabupaten, para pengecer telah siap menyalurkan telur-telur tersebut ke pasar bebas. Tidak heran kalau berada di sepanjang pinggiran Sungai Mahakam Samarinda, Anda akan menemukan berderet-deret para pengecer telur penyu yang dibawa dari Berau.Pemungutan telur inilah yang menjadi kontroversi di antara para pelestari lingkungan dan pemerintah daerah. Sementara para LSM memprotes pemungutan telur tersebut, karena akan mengganggu kelestarian penyu itu sendiri, sementara Pemerintah Daerah memasukkan kekayaan laut itu sebagai program pendapatan asli daerah yang tidak boleh diabaikan. Namun pemerintah Kabupaten Berau bukan tidak sadar akan hal itu, Pemda mensyaratkan setiap pemanen agar menyisakan telur yang mereka ambil untuk khusus ditetaskan. Yang dipertanyakan adalah, sejauh mana kontrol dilakukan dan keberhasilan penetasan itu bisa berlangsung dengan baik.Kerajaan Penyu dan Ikan KarangSampai di Pulau Derawan sudah menjelang sore. Saya mencari penginapan yang lumayan murah. Di sini memang banyak rumah-rumah yang disiapkan penduduk sebagai “home stay” yang bisa dibayar antara 30-40 ribu rupiah per malam. Mau yang lebih mahal pun ada, bahkan cottage telah tersedia dengan tarip dolar AS. Baru keesokan harinya saya berkesempatan melihat pantai. Air Pulau Derawan memang sangat jernih. Jelas sekali kalau Anda duduk di ujung jembatan yang mengarah ke laut, terlihat penyu berseliweran dengan jinaknya, berenang di seputar jembatan. Bahkan ada yang berkejar-kejaran. Laut yang bening seperti kolam renang yang transparan, memberikan keasyikan pada mata yang memandang.Saya lihat banyak pencinta olahraga selam, terutama berkebangsaan Jepang dan Australia berkunjung ke tempat ini. Pulau-pulau ini terletak di Selat Sulawesi –yang masuk bagian yang masih berdekatan dengan perbatasan Malaysia itu menyimpan keindahan bawah laut yang menakjubkan. Bila Anda sempat menyelam atau mengambang di permukaan pantai yang bersih dengan menggunakan alat “snorkel” terapung di atas terumbu karang Pulau Derawan, Anda pasti dapat menjumpai Penyu yang cukup jinak berkeliaran sekeliling Anda. Di samping itu jika menyelam di laut yang lebih dalam, Anda akan berjumpa dengan ikan barracuda, ikan-ikan hias, dan ribuan ikan terumbu karang beriringan simpang siur di kedalaman laut. Dr. Carden Wallace dari museum tropis Queensland, Australia pernah meneliti kekayaan laut Pulau Derawan dan menjumpai lebih dari 50 jenis Arcropora (hewan laut) dalam satu terumbu karang. Tidak aneh tempat ini sudah dikenal di mancanegara dan cukup popular di kalangan para penyelam profesional maupun yang amatir. Di Pulau Derawan, saya mencoba mengelilingi pulau yang tidak luas itu. Ada suatu yang sangat mengganggu di sini. Salah satunya pendirian landasan helikopter yang dibuat oleh PT Kiani Kertas Pulp and Paper, sejak zaman pemerintahan Soeharto. Landasan itu menutup ratusan meter luas pinggiran pantai yang merupakan habitat penyu bertelur. Helipad ini memang pernah mendapat kritikan dari beberapa LSM karena mengkhawatirkan pembangunan itu akan mengganggu penyu yang ingin bertelur. Tapi nyatanya pagi itu, saya melihat jejak penyu yang melimpasi beton itu, menuju suatu tempat. Mungkin mereka tidak perduli lagi tanah biasanya tempat mereka bertelur telah menjadi keras. Ketika terus saya telusuri, jejak itu malah menuju pada satu tempat persis di sebelah sebuah cottage. Ini artinya penyu sudah tidak lagi perduli –dan merasa tidak terganggu –untuk mencari tempat yang nyaman meletakkan telurnya.Penyu dapat Anda saksikan hampir setiap malam naik ke darat dan bertelur di samping cottage, atau tidak seberapa jauh dari pelabuhan tempat Anda mendarat ketika berkunjung di P. Derawan.Pulau Derawan memang lebih dikenal di luar negeri dibandingkan negerinya sendiri. Betapa tidak? Travel dari Jepang “tembak langsung” dari Tokyo atau Nagoya, lalu ke Singapura atau Sabah, langsung ke Balikpapan dan kemudian ikut pesawat kecil ke Tanjung Redep, yang ada di Kabupaten Berau. Beberapa wisatawan asing memang memanfaatkan khusus untuk hobi menyelam, karena tempat ini merupakan kawasan terbaik untuk olahraga selam. “Pulau ini merupakan tempat hunian penyu terbanyak di dunia,” ujar Mr. Sergei, seorang pensiunan guru bahasa Perancis yang telah beberapa kali datang berlibur ke Pulau Derawan. “Saya baru saja menyelam dan ikut mengiringi seekor penyu pergi ke tengah laut,” kata Ms.Dianne istri Sergei. Dianne adalah seorang instruktur selam, dia mengajarkan selam secara profesional kepada orang atau institusi yang ingin mengajarkan dasar-dasar menyelam. Kedua orang ini secara khusus berlibur karena Pulau Derawan relatif tidak banyak dikenal dan bukan merupakan sasaran wisata yang ramai. “Kami suka di sini, tidak banyak orang,” katanya.Sebagai pulau yang terpencil dan belum banyak dikunjungi wisatawan, keadaan pulau masih sangat nyaman. Beberapa penginapan itu juga mempersiapkan alat untuk penyelam amatir maupun profesional. Untuk yang profesional biasanya dapat menyewa peralatan yang disediakan oleh Derawan Dive Resort dengan tarif yang dapat dinegosiasikan. Sebenarnya kalau di Pulau Derwan saja, drama alam kalau belum puas untuk dinikmati, Anda dapat meninjau juga pulau yang lainnya misalnya: Pulau Sangalaki, Maratua, dan Pulau Kakaban yang mempunyai keunikan tersendiri. Pulau Sangalaki misalnya, mempunyai populasi ikan pari biru (Manta Rays) yang unik, yang lebarnya dapat mencapai 3,5 meter. Kalau Anda beruntung, dapat juga menjumpai Pari Hitam dengan lebar 6 meter. Sedangkan Pulau Kakaban mempunyai keunikan yaitu berupa Danau Prasejarah, yang ada di tengah laut, satu-satunya ada di Asia (lihat boks: “Danau Laut Berusia 21 Ribu Tahun”).***Penulis adalah pencinta lingkungan, mahasiswa Program Pascasarjana UI.
No comments:
Post a Comment