Ir. Rahmat Witoelar, Menteri KLH menandatangani peluncuran buku Hidup Harmonis Dengan Alam dan acara penyampaian kesadaran lingkungan oleh para duta lingkungan.
Apalah artinya sebuah buku, apabila tidak dibaca, tidak pernah direspon dan kemudian diletakkan di perpustakaan atau dimeja. Tetapi buku Hidup Harmonis Dengan Alam, yang merekam peristiwa lingkungan dan pengetahuan tentang kekayaan hayati Indonesia serta essai-essai “mencerahkan” mengenai konservasi alam dan lingkungan—yang saya kumpulkan selama lebih dari lima belas tahun dari tulisan-tulisan saya yang menyebar di berbagai media-- minimal tidak dibuat pembungkus roti dan sayur, karena berubah menjadi sebuah buku yang tampil baik dengan judul obsesif. Saya bersyukur kepada Illahi, karena secara simbolis buku itu diserahkan oleh Menteri Lingkungan Hidup kepada para Duta Lingkungan untuk disampaikan: Titik Puspa, Taufik Abdullah (sastrawan), Dessy Ratnasari, Paramitha Rusady, Valerina Daniel, Wanda Hamidah, Perkumpulan Women (para mantan Puteri Indonesia), Ray Sahetapi, Vani dan Andien.
Saya sungguh terkesan dengan kesadaran para bintang tentang lingkungan, Andien misalnya akan mengambil sendiri sampah yang dibuang oleh stafnya atau anggota manajemennya kalau mereka tidak mau memungut. Sementara Dessy Ratnasari teramat ‘kesal’ melihat penumpang mobil mewah yang kadang-kadang seenaknya membuang sampah dijalanan.
Kesan saya terhadap peluncuran buku yang berlangsung ditengah gemerlapnya para ‘bintang’ yang diutus oleh Kementerian Lingkungan Hidup sebagai “Duta Lingkungan”: sangat positif. Para artis memang mempunyai pemahaman global tentang lingkungan, tetapi saya mengharapkan mereka akan lebih dalam memahami persoalan lingkungan dan alam Indonesia dari H2DA.
Karena mereka banyak tinggal diperkotaan, maka dalam pembicaraan dalam pembicaraan kemarin banyak membahas masalah perkotaan: sampah, polusi, menanam pohon dikampus dll. Kecuali Paramitha Rusady yang pernah diajak kakaknya Ully Sigar Rusady untuk pergi ke gunung pancar dan berjalan selama enam jam. Lalu Paramitha kini menjadi seorang pembela alam dan lingkungan yang gigih dan mendapatkan penghargaan dari KLH.
Saya berpendapat, sesekali para artis itu harus melihat alam, masuk hutan bersama Paramitha, supaya rasa cinta alamnya tumbuh. Karena biofilia (biophilia), keterkaitan manusia dan alam akan terpendam (dormant) jika tidak dipupuk , begitu menurut Professor Kellert dalam Kinship to Mastery (1997).
Biophilia adalah sebuah hipotesis yang mengungkap tentang hubungan erat manusia dan alam. Jadi lingkungan, dan alam merupakan sesuatu yang saling berkait. Tegasnya, persoalan lingkungan juga menyangkut karekter kita dalam memperlakukan alam.
Maka ingin mencintai lingkungan, tidak cukup duduk di kota, lihatlah alam yang asli, pergi ke taman nasional atau hutan yang masih perawan, pergi ke pulau mengarungi samudra atau menyelam ke dasar laut. Pelajarilah ciptaan Tuhan yang ada disana. Bahwa Ilahi menciptakan alam yang lebih besar dari kita.
Terima kasih atas bantuan Dr. Hendri Bastaman, Asisten Menteri KLH Bidang Sosial Budaya, atas terlaksananya launching yang sangat strategis ini. Tabik!
Resensi Buku
Kritik atas Nalar Abad Industri
KORAN SINDO Minggu, 21/01/2007
DI dunia pendidikan muncul kritik tajam terhadap warisan paradigma (nalar) abad industri yang agresif dan eksploitatif terhadap alam demi profit dan akumulasi modal, dengan mantra ”efisiensi” dan ”persaingan bebas”.>>>
Memesan Buku
No comments:
Post a Comment