Saturday, September 30, 2006

Lumpur Sidoarjo dan Etika Penambangan

Oleh
Fachruddin M. Mangunjaya


Betapa khawatirnya kita dengan banjir yang terjadi setiap tahun, tetapi banjir air tidak sekejam banjir lumpur Sidoarjo yang kini bertambah luas. Jika banjir air, akibat luapan curah hujan berlebih, manusia masih bisa berharap untuk kembali kerumah mereka dalam waktu tertentu, mungkin paling lama satu atau dua minggu. Tetapi lumpur Sidoarjo, telah membanjiri dan menenggelamkan rumah penduduk, jalan, sawah, serta pabrik tempat mereka bekerja hingga sekarang--menjalani waktu lebih 2 bulan-- belum juga berhenti. Lumpur Sidoarjo menurut laporan terakhir harian ini (7/8) telah menggenangi lahan seluas 168 hektare atau seluas lebih dari 220 lapangan sepak bola. Sedangkan tinggi genangan di pusat semburan mencapai 10 meter.

Dr. Edy Sunardi Ketua Departemen Pengembangan Ikatan Ahli Geologi Indonesia mengatakan bahwa ini jenis lumpur ini adalah merupakan lumpur gunung (mud volcano), sama seperti lumpur yang keluar di Bleduk Kuwu di Purwodadi, dan Sangiran di Jawa Tengah yang terus keluar hingga sekarang. Ahli geologi ini mencatat bahwa dibawah bumi Porong hingga Gunung Anyar ada semacam tanki berisi lumpur yang membentuk semacam gorong-gorong yang luasnya 200 km persegi dengan ketebalan 4-5 km.

Kalau memang benar ini adalah mud volcano atau lumpur gunung, maka harapan untuk menghentikan luapannya memang semakin sulit. Bahkan dapat diramalkan, simpanan lumpur gunung ini sewaktu-waktu berpotensi pula dapat terjadi di kawasan yang lain yang berada di sekitar radius gorong-gorong. Pengalaman lumpur gunung ini merupakan masalah yang sangat jarang kecuali merupakan fenomena alam yang hingga kini masih menjadi perdebatan tentang muasal terjadinya.

Di luar Indonesia, catatan tentang lumpur gunung—yang hingga sekarang masih aktif – adalah dijumpai di Ajerbaijan, kawasan Asia Tengah. Lumpur gunung pada dasarnya merupakan pelepasan dari saluran akibat adanya tekanan energi gas yang ada dibawah permukaan bumi. Bahan yang terbawa tidak hanya gas, tetapi bercampur dengan air, juga sedikit bercampur dengan minyak yang sumber kedalamannya dapat mencapai hingga 812 km dibawah bumi. Tekanan ini dapat mengakibatkan lumpur melompat tinggi berkisar dari 5 hingga 500 meter. Di Sidoarjo, dicatat pusat ketinggian Lumpur yang melompat dari dalam tanah mencapai ketinggian 10 meter.

Menurut laporan Ronie Gallangher>> KORAN TEMPO

No comments: