Wednesday, November 19, 2008

Peluncuran Buku Bertahan di Bumi, Gaya Hidup 'Sepeda Ontel'.



Buku Bertahan di Bumi akhirnya resmi diluncurkan. Ini adalah buku ke 9, dari buku-buku yang pernah saya tulis sebelumnya. Peluncuran ini dibarengi dengan diskusi serius tentang Politik Lingkungan dan Perubahan Iklim, menghadirkan pembicara Dr. Firdaus Syam (Dosen FIP Unas), Dr. Marissa Haque (Artis dan Politisi), Fitrian Ardiansyah (WWF), dan Acara yang dimoderatori Oleh Dr. TB Massa.



Acara ini terselanggara kerjasama Fakultas Biologi UNAS, Pasca Sarjana Ilmu Politik Unas, CI, WWF dan Yayasan Obor Indonesia.

Even ini cukup meriah dan banyak yang datang, mungkin antara 250-300 orang yang membanjiri aula blok I Lt 4, Universitas Nasional, surprise juga; biasanya acara seperti ini sepi peminat. Tapi mungkin juga karena ada 'icon' Marissa Haque yang datang dan membawa rombongan infotainment.


Selama diskusi dan talkshow berjalan, saya melihat tidak banyak juga yang pulang. Acara dimulai dari bangku yang setengah terisi jam dua siang, lalu masih penuh terisi hingg jam lima sore. Mungkin karena dijanjikan para peserta mendapat kesempatan memenangkan undian 30 buku untuk 30 peserta yang beruntung karena diundi. Jitu juga cara itu rupaya.

Penting lagi diingat, buku ini mendapatkan sambutan positif dari pembahas. Dr Firdaus Syam secara akurat dan kritis mencatat kelebihan dan kelamahan buku sekaligus. Kata Firdaus,"


Penulis berani melawan arus, terhadap apa yang kini
sendang berkembang di pasar buku di Indonesia yakni pasar buku yang
lebih banyak menyoroti tema-tema politik kontemporer, atau novel sastrawi
...

Appresiasi kepada penulis adalah, pilihan ide, gagasan dan
pesan orientasi masa depan umat masia..Buku ini membincangkan mengenai
masalah masa depan kemanusiaan dan lingkungan kehidupan di planet
bumi...adalah kajian langka, sekaligus sikap penulis yang
memposisikan diri keberpihakan kepada persoalan mendasar yang jauh kedepan
mengenai apa yang disebut dengan biofilia."



Tentu saya merasa tersanjung, juga agak merasa banyak kurang sempurnanya buku ini bila dipikirkan ulang. Tapi, inilah manusia ada lebih dan ada kurang. Saya persembahkan buku 'sepeda ontel' ini untuk negeri dan bangsaku tercinta. Betapa cintanya aku pada negeri ini, negeri yang hijau kaya dengan flora dan fauna, pemilik biodiversitas terbesar di planet bumi, tapi bangsanya masih kurang bersyukur. Bukan tidak bersyukur, tapi syukurnya masih kurang, terbukti dengan bangsa ini masih belum perduli dengan kekayaan yang dimiliki ini, belum berupaya mengolahnya secara efisien dan menghargai dengan makna yang tinggi.

Terima kasih untuk datang dalam peluncuran buku yang ingin menambahkan khasanah pengetahuan lingkungan di negeri ini. Terima kasih pada para alumni dan anggota milis fabiona yang datang Bang Bahang, yang kini mengisi kegiatan pensiunnya (fabional angkatan 70an), Mas Prasetyo yang selalu memberikan support dan mau terus belajar, teman-teman muda yang lain. Bang Noer Kertapati, Bang Massa dan Firdaus Syam, adalah tiga teman saya sewaktu aktif sebagai anggota Himpunan Mahasiswa Islam. Jalinan saya dengan mereka di Fisip membuat saya tidak perlu membedakan apakah saya orang biologi atau politik, saya diterima hangat di kedua tempat dengan persahabatan. Last but Not Least, Pak Dekan Fakultas Biologi Unas Tatang Mitra Setia, orang yang selalu sabar, tidak pernah marah dan gembira. Maka lihat saja beliau awet muda!

Tak kalah penting, buku ini dihadiri tamu manca negara, Dr. Crist Margueles, Vice President CI, Angela Kirkman, Director of Communication CI Indo-Pasific, lihat komentarnya, saya cut and paste:



"Congratulations Rudy on a successful event! I enjoyed it even
though I did't understand too much. I agree that even though many of the media
seemed more interested in Marissa Haque hopefully this will help get your
message out to a bigger audience."


juga Kristin Berganz dari US:




We're so proud of you! Thank you for everything you do to support CI and increase awareness of these important issues in Indonesia.


Terima kasih pada Dr. Jatna Supriatna, yang menjadi guru saya sekaligus Boss tempat bekerja. Kebebasan berkreasi dan kalemnya Pak Jatna membuat saya bisa mencurahkan kreatifitas dan memberikan sesuatu yang optimal, bukan saja untuk profesi saya, juga untuk pembangunan lingkungan dan konservasi di negeri ini. Saya jadi ingat pada sebuah catatan persembahan yang ditulis Jatna tahun 80an disebuah bukunya dengan mengutip Khalil Gibran:


"A man can free without doing great, but a great man cannot doing great
without free"


Berita Tentang Peluncuran Buku


2 comments:

Anonymous said...

mari bergabung dengan hari aksi global untuk keadilan iklim - 6 Desember 2008 -- http://timpakul.hijaubiru.org/hari-aksi-global-untuk-keadilan-iklim.html

fachruddin mangunjaya said...

siap bung timpakul! memang keadilan harus diperjuangkan... (bujur kada?)

salam hangat

fm