Saturday, December 12, 2009

Kita Diatas Kapal yang Sama


Wawancara dengan Al Jazeera

Sembari menghadiri acara penanaman pohon yang dilaksanakan di Puncak Gunung Salak Sabtu (12/12), diatas ketinggian sekitar 800meter dari permukaan laut. Saya diwawancara oleh Televisi Al Jazeera, wartawannya, Sahaib Jassim memberikan hanya dua pertanyaan terkait dunia Islam dan Perubahan Iklim:

Al- Jazeera: Mengapa umat Islam di dunia harus perduli dengan perubahan iklim?

FM: Dunia Islam merupakan bagian dari masyarakat bumi dan dua pertiga Muslim dari 1.6 miliar ummat Islam di muka bumi berada di Asia Selatan: Bangladesh Sri Langka, India, Indonesia dan bebarapa di Kepulauan Pasifik. Mereka yang sekarang ini—seperti di Indonesia—merasakan dampak perubahan iklim—jadi Umat Islam harus ikut terlibat dalam penanggulangan perubahan iklim. Kedua, umat Islam disuruh untuk memelihara bumi dan tidak boleh membuat kerusakan dimuka bumi:..wala tufsyidu fil arldi ba’da islahiha.., janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi setelah Allah memperbaikinya”. Kemudian, memelihara bumi merupakan tugas kekhalifahan seorang muslim. Terlepas dari adanya perubahan iklim, seorang Muslim mempunyai kewajiban dan perduli terhadap kelangsungan hidup dan perbaikan dimuka bumi, ini tugas kekhalifahan selaku Muslim yang mengembang amanah.

Bagaimana dengan pendapat orang yang mengatakan, negara lain tidak perlu membantu karena yang membuat kerusakan adalah mereka sendiri?

Dalam planet yang hanya satu ini, anda tidak bisa menghidar dari perbuatan satu masyarakat, karena semua saling kait mengkait. Bumi ini hanya mempunyai sedikit ekosistem yang baik dan produktif untuk keseimbangan belahan bumi yang lain. Misalnya, negara maju seperti Jepang, memang mampu mempertahankan hutannya. Sekarang mereka mempunyai 69-70 persen hutan alam yang masih bertahan (utuh). Namun, sejak tahun tujuh puluhan negara ini mengimpor kayu dan menebang kayu-kayu di hutan Tropis di Indonesia. Apa yang terjadi kini? Negara itu pun tidak bisa menghindar dari terjadinya perubahan iklim (curah hujan bertambah tinggi di Jepang). Curah hujan bertambah tinggi di negara maju, walaupun mempunyai sistem drainase yang baik tetap akan terjadi banjir. Tahun tujuh puluhan –saya ingat—kapal kapal Jepang membawa gelondongan kayu beratus meter kubik sehari dari Kalimantan. Berpuluh tahun kemudian terjadi pemanasan global, karena ekosistem dan keseimbangan bumi terganggu. Untuk hal seperti ini, anda seharusnya tidak bisa tidur tenang...ini bukan hanya masalah sekarang, juga anak cucu kita yang tidak mempunyai harapan dimasa yang akan datang.


Saya ingin mengingatkan pada sebuah hadist Nabi Muhammad saw. Tentang semua orang yang berada dalam satu kapal. Sebagai sebuah kapal yang mempunyai penumpang dengan berkelas dan bertingkat. Orang yang di dek bagian atas memiliki air dan kemampuan untuk mengatur orang yang ada dibawah. Suatu ketika orang dibawah perahu itu memerlukan air, dan mereka yang dibawah tidak dibantu oleh orang yang mempunyai air diatasnya. Lalu mereka yang dibawah, merasa mempunyai hak dan tidak sabar berupaya melobangi perahu tersebut untuk mendapatkan air.

Apa yang akan terjadi bila orang dibawah perahu membuat lobang dibawah perahu itu? Kapal akan tenggalam. Penumpang kapal mendapat bercana bahkan mati bersama! Kejadian itulah yang sekarang terjadi negara berkembang. Mereka perlu ”air”, ekonomi dan kebutuhan untuk hidup, kami menebangi hutan untuk keperluan hidup. Namun anda tidak mau membantu, mereka untuk menahan laju kerusakan hutan yang sedang dilakukan. Padahal analoginya sama dengan perahu yang dilobangi. Apapun upaya anda sangat terkait dengan kegiatan yang kami lakukan di negara berkembang, kita hanya mempunyai satu planet yang layak untuk dihuni yaitu bumi.


  • Foto-foto kegiatan penanaman pohon di Gn Salak


Tulisan terkait:

No comments: