Wednesday, February 02, 2011

Gong Xi Fa Cai, Pelajaran Toleransi dari Kampung

Entah mulai tahun berapa,dan bulan berapa. Masyarakat Kumai, dimana saya dilahirkan, dulu mempunyai tradisi yang unik dalam hal memberikan selamat dan ucapan toleransi kepada warga Tionhoa di kampung itu.

Sehari sebelum Imlek seperti hari ini, ketika saya masih berumur remaja dan puluhan tahun, sibuk mengantar kue tart buatan Uma (Ibu) dan bibi serta paman. Bersama dengan teman-teman lain, pakai sepeda ontel, Saya mengantar kue tart butan tangan untuk keluarga Ahui, Aleng, Aliang, Tau jie, A Joe,Tan Mue Sia (di Pangkalan Bun) dan beberapa keluarga lagi yang saya tidak ingat.



Adalah biasa di kampung kami Kumai, jika musim lebaran, kami mendapatkan hadiah dan ucapan selamat lebaran dari sahabat dan relasi kami yang beretnis Tionghoa. Mereka mengirim biskut, kue tart, daging yang disembelih secara halal. Soal daging ini, seorang taoke yang biasa menanyakan dahulu, kepada relasinya orang orang melayu (Muslim) dan menanyakan apakah dia memesan daging. Sang Tauke biasanya menyembelih seekor lembu lalu membagikan pada warga muslim, jadi hari lebaran kami bisa menikmati daging yang dihadiahkan dari warga Tionhoa, dan mereka pada Hari Raya Imlek seperti ini, bisa menikmate Kue enak (tart) hand made yang bentuknya indah- dan menarik.

Sayang sekali, kemudian tradisi itu kini hilang, mungkin 15 tahun terakhir, ketika warga disini semakin kompleks dan generasi telah berubah. Tradisi saling memberi hadiah dan ucapan selamat itu telah berhenti. Alasannya--ketika saya telpon adik saya-- banyak generasi yang telah tua kemudian meninggal, anak cucu (mereka yang Tionghoa) ada yang pindah ke Banjarmasin, Surabaya bahkan keluar negeri. Tradisi yang positif ini hilang!

Makna toleransi tentu saja tidak bisa diterjemahkan dalam bentuk sempit hanya memberikan ucapan dan hadiah pada saat hari raya masing masing pemeluknya. Tetapi prakti seperti ini memberikan bekas yang mendalam, bahwa perdamaian dan toleransi dapat dimulai dari hal kecil, dan di Kampung Saya: Kumai, hal itu diletakkan oleh Kampung Tengah, Kumai dimana ada Tuan Guru Haji Abdul Kadir Zailani al Mentawa, seorang kadi dan mempunyai pemahaman yang luas tentang agama Islam.

2 comments:

Alice Queen said...

Toni anak'y achek Aliang,,,?

fachruddin mangunjaya said...

Toni Mana Alice???
trims komentarnya...