Sunday, September 04, 2011

S.O.S Sungai Sekonyer Tanjung Puting!

Sungai Sekonyer dulu...(hanya bisa di lihat saat masuk Kawasan TNTP (atas) dan sekarang (bawah)


Hampir 20 tahun tidak ke Taman Nasional Tanjung Puting (TNTP), sekarang dapat kesempatan untuk memasuki kawasan ini. Bagiku kunjungan kali ini tidak terlalu menyenangkan, sebab tercium aroma yang lain dan dan terlihat perubahan lingkungan yang luar biasa. Bagiku dramatis, karena ketika kelotok berjalan sekitar dua jam dari Pelabuhan Kumai, lalu masuk ke Sungai Sekonyer, tidak lagi dijumpai air yang bersih seperti dahulu: merah kehitaman, seperti air teh karena air ini bercampur serasah dan humus. Kini, karena pencemaran yang dilakukan masyarakat akibat pertambangan emas dan pasir silikon rakyat di sebelah kiri, Sungai Sekonyer sepanjang empat jam perjalanann, berair keruh dan coklat seperti kopi susu! Tak ada yang bisa membedakan kalau hanya berkunjung dalam 10 tahun terakhir, 20 tahun lalu, air disini dahulu sangat bersih bahkan menjadi tempat kapal kapal masuk untuk mendapatkan air minum sebelum berangkat ke Jawa. Buaya berjemur kerap dijumpai di pinggir sungai dan mendadak sontak bercebur takala perahu kami lewat.
Sangat nyata rusaknya di pencemaran sungai, dan saya yakin belum pernah di lakukan pengecekan berapa kekeruhan air dan kontaminasi kimiawi di S. Sekonyer yang begitu asri tadinya. Keyakinan saya mengatakan, sungai ini sudah melampaui baku mutu dan melanggar Undang Undang Lingkungan Hidup No 32/2009. Memang tak terlihat kontaminasi pada vegetasi secara fisik. Tapi saya khawatir ikan dan flora fauna air di sekonyer sudah pasti tidak dapat hidup di air keruh seperti ini. Aku melihat pohon pinggiran sungai ini kusam dan masai. Kejam nian! Sepanjang jalan di sungai biasanya, dulu ada saja orang memancing ikan. Sekarang tidak ada seorang pun!
Sungai ini dihuni berbagai spesies ikan air tawar seperti: gabus dan toman dan dan buaya gavial atau buaya muara, saya tidak yakin ada ikan yang mampu bertahan dan memijah. Begitu pula arwana yang musim pada saat banjir dan hujan besar itu masih ada di sungai ini. Dalam sebulan terakhir ini saja, Hanafi, seorang guide yang rutin masuk ke TNTP menemukan setidaknya ada tiga buaya yang mati terkapar. Dia juga menemukan orangutan yang hanyut mati di sungai seekor induk dan bayi. Dia juga menemuka babi yang mati, "Saya penasaran, mencoba membuktikan apakah babi itu mati karena berkelahi? Tapi tidak ada luka" tambah dia. Hanafi menghitung kasar dia menyaksikan sembilan ekor buaya tertelentang hanyut di sungai setidaknya dlama empat tahun terakhir. Parahnya, ketika kami masuk sungai ini Kamis (1/9), saya menyaksikan ada rusa mati bengkak di pinggiran sungai...Astgfirullah parah sekali. Penelitian biodiverisity sungai perlu dilakukan apakah ikan masih bisa mentolerir kekeruhan yang kasat mata yang ironis ini.
Memang Sungai Sekonyer tidak dilindungi semuanya, tapi jelas ekosistem korban dari dampak atas kawasan yag tidak dilindungi. Aliran sungi sekonyer kiri --yang tidak dilindungi--mencemari sungai utama sepanjang puluhan kilometer. Ironinya, penambangan masih berlanjut, sementara wisatawan pun animonya tidak turun. (lihat peta tahun 2007 di Google di laman ini)
Di Kumai sekarang terdapat hampir 50 kelotok wisata yang mengantar wisatawan rutin melihat orangutan. Meningkat 10 x lipat dibanding tahun 80an yang bisa dihitung dengan jari Pariwisata cukup antusias tapi potensi wisata ini tak bisa menjanjikan bila alam tntp parah seperti ini.

Lokasi Pertambangan di Sebelah Kiri Sekonyer River:

View Larger Map

Alamnya rusak, yang tersisa memang hanya kawasan yang mendapatkan perlindungan (dikonservasi). Ketika kelotok berbelok kekanan yang menuju 8km anak sungai sekonyer kanan tujuan camp leakey, beberapa kilometer air masih bersih. Alam masih bersahabat disini, pepohonanpun masih terlihat segar dan tidak merana seperti di alur sungai sebelumnya. Sungai bersih ini mustahil ada tanpa kawasan konservasi yg terjaga dengan baik. Sekali lagi realitas perubahan lingkungan mematri pepatah orang bijak: semua telah berubah, kecuali perubahan itu sendiri. Salam!
Powered by Telkomsel BlackBerry®

4 comments:

Anonymous said...

arna air sungai Sekonyer yang telah berubah menjadi coklat susu dengan tingkat kecerahan hanya mencapai 17 cm. Bandingkan dengan air sungai yang belum tercemar dengan tingkat kecerahan mencapai 178 cm , Secara kimia, parameter TDS (Total Dissolved Solid) memperlihatkan bahwa sungai sekonyer masih berada di bawah ambang batas parameter baku mutu sedangkan TSS (Total Suspended Solid), COD (Chemical Oxygen Demand) memperlihatkan bahwa air Sungai Sekonyer telah tercemar (Cecep Munajat, 2004). Begitu juga dengan parameter DO (Dissolve oxygen) yang memperlihatkan bahwa air Sungai Sekonyer terdegradasi ringan - berat (Geger Suharmono, 2008, Berdasarkan hasil uji lab terhadap kadar Hg di dalam ikan di S. Sekonyer menunjukkan bahwa terdapat kadar Hg di dalam beberapa jenis ikan yang melebihi ambang batas yang diperkenankan WHO (Hasil uji Balai Lab. Kesehatan Prov. Kalteng, 2007).

Anonymous said...

Masyarakat yang berprofesi sebagai nelayan tradisional di Sungai Sekonyer akan rentan kesehatannya jika mengkonsumsi ikan hasil tangkapan di Sungai Sekonyer karena ikan tersebut terindikasi mengandung mercury yang melebihi batas ambang (>0,5 mg/kg). Berdasarkan hasil uji lab, ikan haruan mengandung 1,357 mg/kg, ikan runtu 0,869 mg/kg dan ikan baung 0,553 mg/kg.
20 hours ago

Anonymous said...

entah siapa yang harus disalahkan, yg jelas pencemaran itu sudah terjadi beberapa tahun blakangan ini tapi sejauh yg sya tau tidak ada upaya untuk memperbaiki keadaan yg mulai rusak itu.. sangat disayangkan krena inilah yg menjadi salah satu aset yg membanggakan d wilayah kita. :)

fachruddin mangunjaya said...

sangat disayangkan, kawasan ini adalah World Heritag site, situs warisan dunia dan Biosfer Reserve, tapi dunia diam juga. Mengherankan sekali.

Doakan kita bisa melakukan sesuatu

FM