Friday, November 23, 2007
16 November Mengunjungi PP Darunnajah, Ulujami
29-30 Oktober 2007, Lokakarya Sacret Sites MAB LIPI
Dr. Herwasono Soejito, mengundang untuk membawa makalah sempena sacret sites di Cibodas. Tempat ini sangat asri dan jauh dari keramaian, sejuk dan nyaman. Emil Salim memberikan pencerahan kepada semua peserta.
Friday, November 16, 2007
Arlington, Conservation International Communication Symposium 2007
Salah satu strategi baru yang diprakarsai dalam mendekatkan brand dan visi mis CI pada public adalah dengan story telling. Cara bercerita dalam film atau slide pendek dengan musik, (tidak lebih dari 5 menit) ini lebih dianggap praktis dan mengena dibandingkan menyuruh orang membaca (terutama di web).
Monday, September 17, 2007
Memetik Strawberri di Kavling Strawberri
Sunday, August 05, 2007
Pictures First Colluquium Fiqh al-Biah Jakarta 21-22 June 2007
Sunday, July 15, 2007
Ma’had Al-Zaytun Menunju Mekanisasi Pertanian
MAZ tampak masih asri dan penuh hutan jati. Padahal kawasan ini dulunya adalah tanah yang kering tandus dan lahan pertanian yang kerontang dikala panas. Kawasan ini memang dibangun dengan idealisme dan penuh dengan ujian, dari berita yang menyanjung hingga yang memojokkan dengan stigma lama sejarah berkembangnya kebangsaan dan Negara Islam di Indonesia. Walaupun sebenarnya tidak lah tabu untuk membicarakan Negara Islam dalam dunia yang serba demokratis, namun kendali minda manusia Indonesia tampaknya terpatri pada sebuah Islam garis keras yang tidak toleran.
Setelah hampir 8 tahun lembaga pendidikan ini berjalan sejak dibuka Habibie 1999, sekolah ini masih menjalankan program besarnya untuk menyumbangkan sesuatu bagi umat dan kemanusiaan. Saya kira tidak lebih dari itu. Ketika saya datang kemarin (June 2007), kami diperkenalkan dengan kawasan garapan baru di Desa Suka Slamet, MAZ sedang mencoba membuat lahan sawah untuk mempersiapkan pertanian secara mekanik, karena itu petak sawah dibuat lebih besar ada yang 1 ha ada yang 1,5 ha. Mempersiapkan itu kelihatannya MAZ serius dengan mempertiapkan infrastruktur dan bendungan yang dibuat secara mandiri untuk menampung hujan dan limpahan air dan stok air saat musim kemarau.
Di sebelah desa MAZ membangunkan sekolah dasar untuk penduduk kampung guna mengganti sekolah yang rusak dan hampir roboh beratap bocor. Disini mereka membayar tidak dengan uang melainkan dengan barang, sayur dan padi. “Tidak harus pakai uang. Mereka mampunya bawa sayur atau cabai, boleh untuk bayar sekolah” kata Syaykh Panji Gumilang. Tapi yang jelas sekolah disini tidak gratis, karena kalau gratis orang tua menjadi tidak bertanggung jawab dan anak seenaknya bisa masuk dan keluar sekolah, begitu alasan Syaykh Gumilang.***
LOKASI AL ZAYTUN:
View Larger Map
Thursday, April 19, 2007
Masjid Kubah Emas!
Decak Kagum di Masjid Kubah Emas
Marsiah, nenek berusia 70 tahun itu, tak henti- hentinya berdecak kagum. "Sepintu engselnya lapan. Banyak emasnya. Mana lantainya adem bener, ya."
Selasa (24/10) pagi itu Marsiah adalah satu di antara sekitar 9.000 anggota jemah yang melaksanakan shalat id di masjid Kompleks Islamic Centre Meruyung, Depok. Marsiah mengenakan mukena putih bertuliskan Yayasan Dian Al-Mahri pada bagian punggung.
seterusnya klick Decak Kagum di Masjid Kubah Emas
Masjid Berkubah Emas Dibangun di Depok
FOTO-FOTO bisa dilihat disini
Friday, March 09, 2007
FATWA MUI TENTANG: PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM
Tidak bisa dipungkiri bahwa kekayaan alam Indonesia sangat melimpah ruah. Potensi kekayaan alam Indonesia antara lain, kekayaan hutan, lautan, BBM, emas dan barang-barang tambang lainnya. Kawasan hutan Indonesia termasuk yang paling luas di dunia, tanahnya subur, dan alamnya indah. Menurut laporan Walhi yang diterbitkan tahun 1993, rata-rata hasil hutan di Indonesia setiap tahunnya ketika itu adalah 2,5 miliar dolar. Kini diperkirakan mencapai sekitar 7-8 miliar dolar AS. Kekayaan minyak Indonesia juga sangat banyak. Menurut catatan Waspada (12-11-2005), Indonesia memiliki 60 ladang minyak (basins), 38 di antaranya telah dieksplorasi, dengan cadangan sekitar 77 miliar barel minyak dan 332 triliun kaki kubik (TCF) gas. Kapasitas produksinya hingga tahun 2000 baru sekitar 0,48 miliar barrel minyak dan 2,26 triliun TCF. Ini menunjukkan bahwa volume dan kapasitas BBM sebenarnya cukup besar dan jelas sangat mampu mencukupi kebutuhan rakyat di dalam negeri.
B. KETENTUAN HUKUM
Dalam pandangan Islam, sumber daya alam (SDA) pada hakikatnya milik absolut Allah SWT yang diamanatkan pengelolaan, pemanfaatannya dan pelestariannya kepada manusia.
SDA yang termasuk milik umum seperti air, api, padang rumput, hutan dan barang tambang harus dikelola hanya oleh negara yang hasilnya harus dikembalikan kepada rakyat dalam bentuk pelayanan dalam memenuhi kebutuhan dasar seperti sandang, pangan, papan, pendidikan, kesehatan, dan fasilitas umum.
Dalam pengelolaan, eksplorasi dan eksploitasi SDA harus memperhatikan kelestarian alam dan lingkungan serta keberlanjutan pembangunan.
Pengelolaan SDA, baik yang dapat diperbarui maupun yang tidak dapat diperbarui, harus memperhatikan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup dan sosial budaya masyarakat, untuk mencapai efisiensi secara ekonomis dan ekologis (ekoefisiensi) dengan menerapkan teknologi dan cara yang ramah lingkungan;
Penegakan hukum merupakan suatu keniscayaan dalam pengelolaan SDA untuk menghindari perusakan SDA dan pencemaran lingkungan;
Perlu senantiasa dilakukan rehabilitasi kawasan rusak dan pemeliharaan kawasan konservasi yang sudah ada, penetapan kawasan konservasi baru di wilayah tertentu serta peningkatan pengamanan terhadap perusakan SDA secara partisipatif melalui kemitraan masyarakat
Firman Allah SWT. :
Lukman: 20
Al-Haj :65
Al-Baciarah:29
Thaha:6
walaa tufsidu fil ardhi …..
walaa tabghil fasada fil ardh…
“Kaum Muslim berserikat dalam tiga hal: air, padang rumput gembalaan, dan api. Harga (menjual-belikannya) adalah haram”. (HR. Ibn Majah)
- Hadits tentang pengelolaan lahan tidur (ihya mawat). “Barang siapa yang mengelola lahan tidur, maka tanah tersebut menjadi miliknya” (HR Ahmad dan Tirmizi).
Menurut Ibnu Chaldun, manusia harus memanfaatkan kekayaan alam untuk kemaslahan manusia dengan tetap menjaga kelestariannya. - Abu Yusuf, Mawardi dan Abu Ya’la menegaskan agar tidak membiarkan kekayaan alam tidak termanfaatkan (idle). Abu Yusuf mengatakan, Kepala Negara tidak boleh membiarkan tanah yang tidak bertuan tanpa pengelolaan dan Kepala Negara dapat menyerahkan hak pengelolaan tanah tersebut kepada rakyat (masyarakat).
- Ketetapan Umar bin Khattab sebagai pemerintah tentang pengelolaan lahan yang mempercayakan kepada masyarakat dalam mengelola kekayaan alam berdasarkan hadits tentang ihyaal mawat (pengelolaan lahan tidur)
Monday, February 12, 2007
Reflections from Jogjakarta
The one I like from this seminar of CRCS, UGM Jogjakarta 7-9 January 2007, in Jogjakarta is, the source scholar not just tried to enlighten the society by thinking and writing, but start their thought practice and preliminary action perform with their personality. Dr. Rita Gross, for example from years of studying Buddhism, but then started practice Buddhism principles in her life because she believe –as many scholars do—that Buddha teaching is the most environmentally friendly than other teachings. And Dr. Nawall Ammar, a Muslim woman born in Egypt tried advocating and explains Islam in the western society in the intellectual ways. At the end, it’s important to held a dialogues and talked many discourses, but the wise thing practically for the environmental solution is how we can start every actions from ourselves, the to the family, hence to the society at large.
I was presented my paper: “The current environmental issues in Indonesia” see lots of discourses had talked but the society not changing their behavior to threat the environment. At the end this proven by the worst flood inundated Jakarta in this February 2-3, 2007. Hence what can we says, there is no culprits except human who tried to put their pose in opposition to the nature. Plenty of riverside areas were converted by buildings as well as the bogs and wetlands areas were being changed to hypermarkets and apartments. At the end it’s a misery for this nations!
Tuesday, January 30, 2007
Warning Light for Aceh Forests
Quoted from: Koran Tempo Tuesday, 9 January, 2007
EnvironmentalistTWO years after the tsunami catastrophe in Aceh, the fears of other ensuing disasters voiced by environment lovers and several non-governmental organizations (NGOs) turned out to be proven. Floods recently hit five regencies in Aceh. Head of the Mount Leuser National Park, Ir Wiratno, affirmed that the floods had resulted from illegal logging already left uncontrolled for years in the zone (Koran Tempo, December 26, 2006).
A year ago (December 5, 2005), the Aceh Forest Advocacy Working Group rejected the Minister of Forestry Decree to increase Aceh's timber quota from 47,000 cubic meters in 2005 to 500,000 cubic meters in 2006 by reactivating forest concessions. According to the working group comprising various NGOs, the move taken by the Department of Forestry was hasty and unreasonable.
Carefully calculating, even preventing, deforestation in Sumatra constitutes an absolute condition to forestall any recurrence of ecocide (killing of people by natural disasters) due to faulty policies.The World Bank estimated that the remaining lowland forests in Aceh were increasingly reduced. Its records for 15 years from 1982 to 1997 concluded that the forest damage affecting this region reached an average of 22,500 hectares a year.
Global Forest Watch noted that until the mid-1990s, Aceh's degraded forest areas covered 1,025,858 hectares and denuded areas 362,835 hectares. These figures have not yet been revised following the tsunami and destruction caused by widespread post-reform illegal logging over the last 10 years.>>more
Monday, January 29, 2007
My New Children Book: The Last Tigers, Harimau Harimau Terakhir
This books is actually the friends of other series--Orangutan Pesta Buah Durian and Keluarga Gajah-- triying to replace the 'old stile' of malay fabel (on animal stories, popularize by the kancil or the mouse deer). If the old story was telling our children with the wisdom of cleaver mouse deer with its trick (and lies). Then our book telling children of science fiction: it based on the scientific evidance in the real life of the animals. Hopefully the book will help children--including parents-- begin to understand of the real condition of the wildlife in Indonesia. We are keen if sometimes this little book could be translated in some other languages, including english to make children aware of this critical conditions to the animals.
Both Dolly and I, was experienced in seeing the plight of the tiger since we worked in the conservation organization. We have been in the deep forest for months to see their natural habitat degraded by human greed. If we stand up in the forest and the seeing the human being just like 'pacman' to tractors, land clearing, logging and others, there seem nothing you can do. But we tried the last devotion to our childrens, hopefully they inspired with our real stories and change their mind to manage the nature better than us.