Wednesday, March 11, 2009

Jepang, tidak ada Sorga dan Neraka

Konferensi ke 7 tentang Dialog Peradaban tentang Jepang and Muslim World, dibuka hari ini di Shearton Al Kuwait (11/3). Presentasi dilakukan dalam bahasa Arab maupun Inggris, dibuka oleh Menteri Wakaf dan Urusan Islam Kuwait, juga dihadiri oleh Syaikha Amsal al Sabah, adik Amir al Sabah Sultan Kuwait.


Suasana Pembukaan Konferensi

Pembukaan ini dihadiri oleh sekitar 200 orang dan acara yang cukup meriah juga, dikiri kanan ada pameran yang diadakan oleh berbagai departemen, termasu dari ministry of awqaf sendiri, juga dari Jepang.

Rupanya forum ini merupakan tukar pendapat para peneliti, dan kebanyakan akademisi yang sifatnya akademis dan sekadar sharing informasi untuk saling belajar tentang kultur masing-masing antara dunia Muslim khususnya Arab dan agama serta kultur Jepang.

Yang menarik saya adalah pemaparan Prof Soko Muchida, tentang perkembangan agama di Jepang. "Tidak ada sorga dan neraka di Jepang, itulah yang membedakannya perkembangan bangsa ini dengan agama semit yang lain seperti agama Yahudi dan Kristiani plus Islam. Kalaupun mereka memeluak suatu agama, tetap hanya secara kultural dan mereka pergi ke candi hanya karena tradisi. Namun orang Jepang punya keyakinan yang kuat bahwa mereka merupakan bagian dari alam, oleh karenanya menjadi wajar bila mereka bisa menyatu dengan alam atau bahkan menguasai alam. Kalau diyakini ini merupakan suatu agama inilah namanya dalam Islam disebut wahdatul wujud (penyatuan manusia dalam alam).

Bersama Mumammad Imam Masjid Rusia

Sebagian diskusi hingga sore memaparkan tentang perkembangan lingkungan di timur tengah dan tantangan untuk kembali pada ajaran praktis Islam tentang lingkungan.

Saya bertemu dengan Dr Aslam Parpaiz yang mengatakan nilai-nilai islam tentang lingkungan harus masuk terinternalisasi dalam kehidupan praktis sehari-hari dan masuk dalam ajaran Islam yang praktis. Sama halnya dengan kewajiban sosial kita yang diajurkan dalam ajaran Islam. Internalisasi inilah yang sedang dikembangkan oleh Aslam di India, walaupun bukan negara muslim namun mereka mempunyai keinginan kuat untuk berkontribusi untuk perawatan bumi dan dunia.