Jogja memang selalu antusias dan haus dengan informasi dan perkembangan. Dinamika pendidikan di tanah Sri Sultan Mataram ini memang selalu menginginkan up date. Kesan itulah yang saja jumpai dalam rangkaian kunjungan ke Jogja, tanggal 11 hingga 13 Januari. Hari pertama (11/4), Jaringan Mahasiswa Muslim Kehutanan (JMKKI) mengundang untuk mengadakan diskusi dengan topik: kearifan lingkungan dalam persfektif agama, budaya dan ilmu. Pembicara lain adalah Ustadz H. Nasruddin Ansory CH, dari Pesan- Trend (memang begitu tulisannya...) Iman Giri (lihat disini>>>), Yogjakarta, sebuah yang menceritakan tentang perkampungan yang tadinya kering kerontang kemudian tergerak—setelah beliau mewakafkan diri—di kawasan tersebut dan mejadi teman banyak masyarakat untuk melestarikan desa dan menhijaukan 165 ha hutan santri, dan pemberdayaan pertanian. (Kesan tentang pekerjaan Ustadz Nasurddin)
Kegiatan lain yang dilakukan di Jogja adalah Diskusi Buku Menanam Sebelum Kiamat: yang tampaknya mulai mendapatkan sambutan dan pemahaman mendalam dari berbagai pihak yang ingin mengetahui lebih jauh tentang kearifan lingkungan dalam Islam.
Diskusi bertempat di MP Book Point Jogjakarta, walaupun tidak banyak yang hadir, namun diskusi sangat menarik dilakukan dalam mensosialisasikan buku dan pengalaman.
Dialog menarik dilakukan dibawah Gunung Merapi (12-13/4), di sebuah wisma yang sejuk selama dua hari. Dialog ini mengambil tema: Globalisasi, Kemiskinan dan Lingkungan Hidup: Peluang agama-agama. Diskusi ini dihadiri oleh tokoh-tokoh agamawan dari berbagai kalangan, termasuk organisasi Islam ‘garis keras’ seperti Majlis Mujahidin, Hijbut Tahrir, Sabili, dll, juga ada dari Kalangan Pesantren, aktifis NGO, akademisi, tokoh agama Budha, Hindu, Katholik dan Protestan.