Monday, May 29, 2006

Berbagi Pengalaman “Rahasia” Menulis

Banyak teman-teman bertanya kepada saya bagaimana caranya agar bisa menulis dengan baik. Menemukan ide untuk penulisan dan kiat-kiat apa yang tepat untuk dilakukan dalam menulis. Saya sendiri menganggap, saya adalah orang yang masih kalah produktif dengan mereka yang lebih produktif dalam menulis.

Saya ingin berbagi pengalaman mengenai ‘rahasia’ bagaimana bisa menemukan ide dalam penulisan. Tentu saya juga belajar dari bebarapa pakar yang produktif menulis di berbagai media dan bahkan menulis untuk buku-buku teks yang tebal.

Beberapa langkah yang saya lakukan biasanya:

Menghayal atau bermimpi (dalam arti berangan-angan positif), bisa menulis suatu topik.
Mencatat topik yang mau saya bahas kedalam buku blok notes saya ketika terlintas ide atau gagasan mengenai sesuatu yang muncul, baik ide tulisan, atau ide yang lain terkait dengan bisnis dan persoalan pribadi.

Saya mulai menulis sesuatu apa saja yang terkait dengan topik yang saya pikirkan. Disini memang terkadang buntu harus menulis apa? banyak orang berkata: ketika bercita-cita bisa, tetapi ketika menuliskan menjadi suatu kalimat yang baik dan mudah dicerna, kok tidak bisa. Jadi tulis saja apa yang keluar dari benak anda walaupun anda anggap buntu, tetapi tolong paksakan dan teruskan. Atau,berhenti kalau sedang tidak konsentrasi.

Cari sumber-sumber yang relevan dengan topik yang akan ditulis. Abad teknologi sekarang ini sangat memudahkan dengan mengakses sumber-sumber dengan topik yang mirip dengan hanya klik: Googgle atau Yahoo pakai search engine. Apabila bisa berbahasa inggris, sangat memudahkan, tinggal entri saja kata-kata penting yang akan dibahas.

Tulislah draft anda sedapatnya, dan endapkan. Kalau sudah cukup beberapa halaman, lalu print dan baca. Lakukan koreksi dengan tangan. Bawalah teks itu ketempat-tempat terbuka. Anda bisa mengedit, atau menambah kalimat-kalimat lain sembari melihat pepohonan dibelakang rumah. Bahkan ketika ‘nongkrong’ (maaf) di toilet.

Untuk penulis pemula, jangan terburu-buru mengirim tulisan tersebut ke media. Belum tentu bisa langsung dimuat. karena media memerlukan tulisan-tulisan yang aktual, dengan titik koma yang sempurna dan beralur logis (lihat kriteria penulisan Kompas, dan Suara Pembaruan)


Kapan saat tepat untuk menulis
?

Lain pribadi lain orang, lain cara menemukan mood dalam menulis. Kalau saya biasanya terlintas ide, ketika membaca koran (Koran yang merangsang saya untuk menulis –biasanya langsung saya “sobek” dan letakkan diantara kedua blok notes saya) ketika saya menemukan peristiwa actual yang akan saya tulis. Lalu saya browsing topik yang terkait atau membaca buku-buku referensi yang saya miliki di rumah. Saya biasanya memulai dengan mempelajari hal-hal mendasar dari peristiwa terkait.

Mood rutin saya adalah jam dua pagi hingga subuh: jam lima. Setelah subuh saya tidur kembali, dan bangun sekitar setengah tujuh. Sebagai muslim, tentu saya gunakan untuk shalat tahajjud minimal 2 rakaat. Untuk bangun tengah malam, biasanya saya langsung tidur lebih sore, jam 9 atau jam 10. Bisa pula saya menemukan mood jam 6 hingga jam 9 pagi.

Saya –rasanya-- tidak pernah menulis artikel siang bolong. Sebab waktu itu adalah waktu kerja di kantor dan ada pekerjaan rutin yang harus dilakukan. Karena menulis merupakan pekerjaan freelance yang menyenangkan (bagi saya) dan menambah pengetahuan pribadi.

Sewaktu-waktu, sesungguhnya, jangan juga memplotkan diri. Saya juga menulis tidak kenal waktu dan tempat. Ketika ada ide datang, saya harus menulis. Ya saya menulis. Saya bisa membuat draft di lapangan terbang, karena banyak waktu, dan juga kondisi lapangan terbang (bandara internasional) yang indah dengan taman-taman dan beraneka “warna kecantikan” (ehm...) termasuk berbagai ciptaan Tuhan yang cantik juga lalu lalang, sering menjadi trigger bagi saya untuk mencoret di bloknotes.

Tulisan saya termasuk yang tidak rapi. Terkadang langsung disalin di laptop dan idenya terus berkembang. Tulisan yang saya muat terakhir di Harian Koran Tempo Minggu, 21 Mei 2006: Catatan perjalanan, adalah hasil tulisan dari perpindahan 6 pesawat yang membosankan, dari Florida, singgah ke beberapa bandara termasuk di Narita (Jepang) dan Bandara Changi (Singapura). Saya menulis dua artikel dengan beberapa judul selama perjalanan itu.

Nah, mudah-mudahan kiat ini bisa menjadi pelajaran. Selain teman-teman bisa menjadi penulis dan bisa mengirimkan ke media, untuk mendapatkan ‘uang halal’ juga bisa berbagi pengalaman dan pengetahuan melalui tulisan.


Bersambung:

Tulisan berikutnya: Bagaimana Mengirimkan Artikel ke Media?

Menik dan Lulu

Menik adalah nama boneka kesayangan Nazmi Lu’lu’ Alam (7 tahun), anak kami yang ketiga. Boneka inilah yang selalu dicarinya ketika bangun tidur sebelum menonton Spongbob dan Dora. Lulu harus mencari menik kalau mau tidur: memberinya selimut dan tidur disampingnya. Pernah suatu hari, tiba-tiba menik hilang dan dia tidak bisa tidur, harus mencari-cari boneka berambut pirang ini. Semua kakaknya mendapatkan marah, padahal dia sendiri yang menempatkan boneka itu dan terjatuh dibawah ranjangnya. Coba lihat foto ini, betapa Lulu dan Menik seperti sibling yang tidak bisa dipisahkan.




Lulu dan Menik (Foto: Fadila Maula Hafsah)