Rembuk Warga Jakarta Sabtu -Minggu, 9-10 Agustus, 2008. "Mengusung Tema: Hijaunya Jakarta Adalah Keperdulianku". Diikuti oleh berbagai kalangan yang perduli dengan Jakarta, dan yang lebih penting lagi, menurut Panitianya Prof Paulus Wiroutomo, mereka yang telah melakukan sesuatu yang positif untuk lingkungan di Jakarta. Aku sendiri tertegun, begitu gigihnya panitia mengumpulkan orang yang sangat beragam dari akademisi (guru besar) guru kecil (maksud saya guru biasa), aktifis lingkungan hingga murid SMP.
Niniek L Karim, dari psikologi UI bersama teman-teman beliau menuturkan, pemilihan anggota peserta ini telah diperdebatkan 7 hari 7 malam. Istilahnya, memang penuh dengan pemikiran.
Tujuan mulia pertemuan ini adalah "Menjakartakan warga Jakarta", sesuatu yang terasa tidak mungkin dengan kondisi majemuknya warga Jakarta dan banyaknya penduduk yang menghuni Ibu kota ini.
Metode yang digunakan dalam workshop ini adalah Appreciatative Inquiry (AI) yang telah terbukti berhasil menggerakkan masyarakat Urban di Chichago, Bangkok, Mexico dll untuk berubah dan menjadikan kota mereka yang tadinya buruk menjadi baik.
Kita disuruh menyimpan baik-baik hal-hal negatif dan hanya memikirkan yang positif saja, problem dan masalah tidak akan mengemuka dalam dialog ini. Diganti istilahnya dalam pembicaraan dengan sebutan: 'fenomena' dst. Pokoknya tidak ada menjelek-jelekkan.
Selama dua hari, kami merumuskan apa saja yang terbaik untuk dilakukan oleh kita sebagai warga. Anehnya bertemu dengan istilah-istilah yang tercipta sendiri dan cukup mengagumkan kesepakatan yang terbentuk: misalnya adanya : Komunitas Hijau, Sekolah Hijau, Industri Hijau, dan segala bentuk positif dari gerakan yang akan dilakukan dan ditulis action plannya.
Time frame action plan ini jelas dan membentuk. Mudah-mudahan panitia segera menyebarkannya lewat milis (karena waktu dua hari tidak cukup untuk menuliskan). Saya sendiri selalu memikirkan apa yang bisa dilakukan untuk lingkungan sekitar, sehingga memilih yang terdekat dan memilih berkelompok dengan "Komunitas Hijau". Disini ada Ibu Bambang, seorang pinisepuh yang gigih menjadikan RWnya hijau dan asri sehingga mendapatkan pengakuan Kalpataru atas kegigihannya. "Ini memang tidak mudah, apa kita bisa melakukannya" begitu Mbak Brigite Isworo Laksmi, wartawati KOMPAS merasa khawatir dalam soal implementasinya. Time frame memang dibuat longgar dari 3 bulan hingga 2 tahun. Memang tidak perlu lama-lama karena 3 bulan kemudian ini, konon kita akan dipertemukan lagi dan dipertanyakan perubahan apa yang dilakukan dan yang mana program yang berjalan dari "Mimpi" yang dirumuskan tentang Jakarta.
Bila melihat komponen dan kesadaran yang terbentuk, rasanya memulai Jakarta yang hijau dari tingkat RT dan RW bukan mustahil. Mudah-mudahan saya bisa memulainya dari keluarga dan mengajak RT dulu.
Tahapan yang dilakukan dalam dua hari ini adalah:
- Discovery: tahap mengidentifikasi segala potensi (modal fisik, modal manusia, modal sosial, modal budaya) yang tersimpan di kota ini.
- Dream: bersama-sama menemukan citra kota Jakarta yang kita impikan bersama.
- Design: perumusan strategi dan langkah-langkah bersama dimasa mendatang.
- Destiny: Memantapkan komitmen untuk masa depan dalam bentuk ikrar bersama ”menyelamatkan Jakarta”.
Lebih dari 10 psikolog dari Universitas Indonesia termasuk Niniek L Karim, dan beberapa doktor psikologi UIN memandu Sarasehan ini.
Tabik