Dari kiri: Aristides Katoppo, Fazlun Khalid, Maria (moderator)
dan Michael Nothcott
- Globalization, Media and Youth
- Globalization, Wealth Poverty and Environment
- Globalization and Religious Symbols/Practices
Dialog ini memang mencakup pembicaraan yang cukup luas tentang pengaruh globalisasi yang sangat dahsyat, dimana komunikasi mempengaruhi segala bentuk kehidupan. Arus informasi yang tidak terkontrol membuat kita lebih awas dengan
persoalan di negara lain dan tetapi tidak melek dengan masalah tetangga sendiri. Bertemunya kita di dalam arena bagi saya pribadi membawa banyak pengalaman dan pemahaman bagaimana sikap agama lain dari berbagai sumber dan latar belakang berbeda mempunyai pendapat dan persepsi tidak sama dalam memandang globalisasi.
Dari segi tertentu, kita belajar tentang pluralisme, memahami dan berdialog langsung ketika saat istirahat dengan saudara sebangsa tetapi berkeyakinan lain. Misalnya saya baru mengerti tentang Kristiani yang ternyata tidak hanya terdiri dari Katolik dan Protestan saja, tetapi banyak kelompok lain dengan group dan gereja kecil yang tetap berkembang. Saya bertemu Romo dari Gereja Ortodok Jawa di Solo, yang sumber ajarannya berkiblat pada Jurusalem (tempat kelahiran Nabi Isa), dan ajaran inilah yang kiranya menjadi gereja ortodok Kristin Koptik yang dimasa Rasullullah saw disebut dengan Ahli Kitab.
Karena saya membidangi soal lingkungan, panitia menunjuk menjadi 'convener' untuk group discussion: menampung pembicaraan yang tidak tercakup didalam dialog diskusi. Satu aspek yang menarik menurut saya dari segi lingkungan adalah pendapat Michael Nothchott yang mengemukakan tentang awal mula skandal penciptaan manusia yang dihubungkan dengan
global warming. Mike membuka pembicaraannya dengan soal pohon dan mengutip surah 14:24, tentang pohon yang baik.
Yang menggambarkan betapa pentingnya pohon, oleh karena itu dia menggambarkan bahwa pemanasan global sekarang ini berkait dengan soal pula, ketika carbon menjadi soal pohon penting dalam menyerap kembali emisi karbon. Dan skandal manusia kembali bersentuhan dengan soal pohon, sebagaimana Adam as juga telah bermasalah karena 'bersentuhan dengan
soal pohon,'. Terlepas dengan soal penafsiran, bahwa kemanusiaan sekarang--karena ancaman pemanasan global--sangat tergantung eksistensinya dan penyeimbang keadaan adalah pohon.***