Saya ingin menjawabnya dengan beberapa diskursus dan alasan karena, sejauh ini --setahu saya--tidak ada standar yang dibuat untuk menetapkan bagaimana sesungguhnya profile sebuah eco pesantren itu.
Sama halnya dengan upaya upaya para aktifis dan pencinta lingkungan yang ingin menghubungkan lembaganya dengan berbagai kegiatan lingkungan dan kecenderungan yang sedang marak, eco pesantren sebenarnya adalah upaya untuk memberikan label (pelabelan) pada lembaga atau institusi tertentu agar bisa menjadi ramah lingkungan. Hal ini terlepas pada penilaian secara objektif apakah jika pesantren --sesukanya--menamakan dirinya Eco-Pesantren, atau Green Boarding School, atau Go Green. Pada tarap ini, tentunya dapat dinilai bahwa pesantren tersebut pada dasarnya sudah punya kegiatan yang terkait lingkungan hidup apa pun jenisnya. Ini tentunya positif, karena dalam strategi kampanye lingkungan ada lima tingkat perubahan perilaku.
Doppelt (2008) merumuskan tentang perubahan perilaku (behavioral change) untuk mengukur tingkat kesadaran dalam lingkungan dengan asas 5 D:
1. Disinterest
2. Deliberation
3. Desingn
4. Doing
5. Defending
Minimal mereka yang memberikan label, Pesantren Ramah Lingkungan (Eco Pesantren) mereka adalah pada tahap berbuat: Doing, --Tahap "Saya berubah" dan Depending (saya telah berbuat dan terus melakukan).
Jadi kalau dipakai tolok ukur tersebut, banyaklah yang dapat diinventarisir dari kegiatan pesantren yang ramah lingkungan (eco-pesantren). Pesentren adalah suatu sistem pendidikan khas Muslim di Indonesia yang biasanya mengutamakan kemandirian. Mengolah sumber daya yang ada dan bahkan dapat menjadi pelopor dan trigger bagi masyarakat yang ada disekitarnya. Komponen inti pesantren adalah: Ustazd (Kiyai), Masjid, Santri dan pondok. Pondok bermakna bisa saja asrama atau boarding. Jadi pesantren tidak mesti ada kelas, kelas mereka adalah di masjid, sebagaimana pengajaran awal Islam. Kemudian madrasah muncul--disamping masjid-- pada saat khalifah Islamiah berjaya.
Disamping tipologi pesantren yang ber aneka ragam, dari salafiah, khalafiah hingga campuran keduanya (menurut kategori Departemen Agama). Ada pesantren yang hanya berbasis pada pengajaran teks, Al Qur an, tafsir, hadist dan kitab salafi (klasik), sekarang ini --untuk memenuhi kehendak zaman, pesantren menggunakan Kurikulum Departemen Agama yang distandarkan gabungan antara pengajaran pesantren dan kurikulum pendidikan nasional.
Hemat saya banyak hal yang bisa dipenuhi untuk menuju pada eco pesantren yang sesungguhnya, bukan hanya sekolah yang bersih, tetapi pesantren mesti by desingn menetapkan visi dan misi lingkungan atau pembangunan berkelanjutan dalam wadah pesantren dan kegiatan kehidupan mereka.
Sekarang ini banyak bertebaran contoh pesantren yang tengah berubah setidaknya berupaya pada tahap 'desingn' mereka menginkan hidup berwawasan lingkungan. Karena itulah Pemerintah Menyambut kegiatan ini dengan membuat trigger dan dorongan sehingga diresmikannya program Eco Pesantren oleh Kementerian Lingkungan Hidup (KLH).
Beberapa pesantren dibawah ini kesan saya adalah merupakan tipical eco-pesantren atau yang sedang berkembang kearah tersebut:
- Pesantren Darul Uluum, Bogor see: http://www.daarululuumlido.com
- Pesantren Daarun Najah, Jakarta: http://darunnajah.com
- Daarul Muttaqien, Parung Bogor: http://darul-muttaqien.com
- Daarut Tauhid, Bandung: http://www.daaruttauhiid.org
- PP Ma'had Al Zaytun, Indramayu: http://www.alzaytun-indonesia.com
Tabik!
No comments:
Post a Comment