Tuesday, March 10, 2009

Dialog Lingkungan Jepang dan Dunia Muslim



Ministry of Awqaf and Islamic Affair Goverment of Kuwait, mengundang saya bersama beberapa teman dari Indonesia untuk menghadiri dialog peradaban, Jepang dan Dunia Muslim dengan tema: Environment Challages and Vision yang diadakan di Hotel Sheraton Kuwait, sebuah hotel cukup mewah ditengah kota Madinah al Kuwait.


Yang jelas ini baru pertama kali ke Kuwait, setelah di undang Oktober lalu, saya gagal ketempat ini karena soal teknis. Berangkat pakai pesawat Kuwait Air yang tidak banyak penumpang. Hanya beberapa gelintir plus rombongan 'cristour', para umat kritiani sejumlah 36 orang ingin menuju Kuwait dan kemudian melanjutkan perjalanan ke Jurussalem, Mesir dan Yordania. Mereka ini semacam pilgrimage (atau omroh (dikalangang Muslim) atau jiarah spriritual saja untuk membuktikan tempat-tampat bersejarah tersebut. Dua pasangan dari rombongan itu datang dari Palangkaraya, Kalimantan Tengah. Beberapa mereka adalah dari Barito (pedalaman Kalimantan Tengah).


Kuwait sebenarnya kota yang unik. Kehidupan juga sangat dinamis walaupun ada pengaruhnya ketika Saddam Husein (Irak) mencoba mencaplok atau menyerang negara kota ini tahun 1991. Hotel Sheraton yang saya tinggali ini penah hancur dihantam rudal dan terbakar. Kini Kuwait memang bangkit dan kembali menjadi negara makmur yang kaya raya dengan pendapatan perkapita 16.000 USD/tahun, dan penduduk hanya 2.3 juta jiwa serta luas daratan 17.820km2, sekitar empat kali pulau Bali. Mata uangnya Dinar Kuwait, senilai sekarang sama dengan 0.29 DK per 1 USD. Kemarin saya tukarkan 100 USD hanya mendapat 29 Dinar Kuwait, harga sebuah sorban disini saya beli antara 4-6 DK= 130-180 ribu rupiah, cukup lumayan mahal dibanding pasar tanah abang!


Perjalanan Jakarta Kuwait harus melalui Kualalumpur, kelihatannya ganti crew karena tiba di KL jam 3 pagi dan diteruskan ke Kuwait menempuh perjalanan sekitar 9 jam, tiba di Kuwait pukul tujuh pagi. Agaknya tidak terlalu repot karena saya mendapatkan 'calling visa' dari pemerintah yang dikirim melalui e-mail dan kemudian harus ditukarkan dengan visa asli di loket bagian file imigrasi bandara, lalu pergi ke bagian entri untuk memasuki Kuwait.



Tiba hari Selasa (10/3), jalan jalan cukup lengang, ada kemacetan yang tidak berarti, karena fasilitas publik tertata dengan baik. Jalan sangat lebar, dan menjadi ciri khas adalah mobilnya yang besar-besar berkualitas diatas rata-rata 2000 cc. "Orang Kuwait senang mengunakan mobil besar karena harga minyak tidak masalah disini," kata Anura, sopir kami yang berkebangsaan Srilangka, sambil memacu limusinnya menuju hotel. Bensin murah disini, 1 Dinar Kuwait (DK) bisa dapat 15 liter, harganya sekitar Rp2500,- sama lebih murah dari harga air di Jakarta dan tempat lainnya di Indonesia.





Kabarnya (tolong dicek lagi) penduduk asli negara ini hanya sekitar 1 juta orang