Selasa Malam (19/8), menghadiri Undangan Centre for Dialogue and Cooperation Among Civililization (CDCC) ulang tahun 1, lembaga interfaith yang digagas oleh cendekiawan nasional antara lain Prof Din Syamsudin. Hadir Prof Juwono Sudarsono, Menlu Nurhasan Wirayuda dan beberapa Duta Besar dari negara sahabat: Mesir, Palestina, Belanda, Swedia, Australia dll. yang mengesankan saya adalah pemaparan Dr Juwono Sudarsono tentang bangsa Indonesia yang menjadi contoh dialog peradaban yang cukup berhasil. Negara ini tadinya adalah bangsa yang majemuk dengan kesultanan dan kerajaan yang ada di mana-mana dan kemudian lebur pada tahun 1945 memproklamasikan Republik Indonesia.
Oleh sebab itu Juwono mengingatkan pidato Soekarno yang menghargai kekuatan bangsa-bangsa yang mempersatukan Indonesia. "Lemah gemulainya orang-orang Solo (bangsa Mataram), Gagah beraninya bangsa Aceh, dan bangsa-bangsa lain seperti Papua nun jauh di ujung Timur yang harus didengarkan."
Pusat harus mempertimbangkan daerah, karena bangsa ini didirikan atas amanat konstitusi yang dirintis dan diperjuangkan dengan gigih. Dan wujud amanat yang dibawa oleh daerah seharusnya dipahami oleh para anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) yang harus tampil bersuara mewakili daerah dan menuntuk keadilan dari pemerintah pusat.
Suara-suara lain, kegelisahan dalam dialog CDCC tentu juga perlu didengarkan misalnya kata Din yang mengeluhkan tertinggalnya perkembangan bangsa ini dibandingkan negeri yang lain. Namun Din tetap bersamangat dengan menambahkan slogan SBY, Indonesia Bisa menjadi: Indonesia Pasti Bisa.