Thursday, March 26, 2009

Jangan Berhenti Hanya Earth Hour

Inga..inga.. tanggal 28 Maret 2009 jam setengah Sembilan malam, matikan lampu. Hehe.. imbauan WWF untuk seluruh dunia ini memang fenomenal, tapi mungkin banyak disenangi generasi muda yang masa pacaran. Hehe, bisa jadi malam mingguan tambah seru…selama satu jam,, wha..WWF tanggung lho!. Orang tua yang punya remaja apel dirumah siap2 beli batre yang ada lampunya, karena takut anaknya mematikan lampu dengan alas an dianjurkan oleh WWF J. Ada satu miliar orang yang dihimbau organisasi konservasi yang semula menyayangi binatang ini, tapi kemudian berniat menyayangi semua orang… tentunya masuk kita-kita.

Menurut Wikipedia, Earth Hour adalah sebuah acara internasional tahunan yang diadakan oleh WWF (World Wide Fund for Nature/World Wildlife Fund), diselenggarakan setiap Sabtu terakhir bulan Maret, yang meminta rumah dan perkantoran untuk memadamkan lampu yang tidak diperlukan dan peralatan listrik selama satu jam untuk memunculkan kesadaran atas butuhnya tindakan menghadapi perubahan iklim. Dirintis oleh WWF Australia dan Sydney Morning Herald tahun 2007,dan memperoleh partisipasi dunia tahun 2008.

Umpama saja WWF Indonesia yang mempelopori, saya anjurkan mengadopsi Hari Bumi Nyepi atau Earth Silent Day seperti hari ini (26 March 2009), satu Pulau Bali sekarang menyepi tidak ada aktifitas, merenung dirumah, tidak bekerja, tidak boleh keluar rumah, tidak boleh mendengar musik (kan musik pakai listrik ya?). Penghematan karbon di Bali cukup tinggi ketika tidak ada aktifitas dan pernah dibuktikan saat UNFCCC tahun 2007.

EARTH HOURS in YOU tube



Setelah satu jam, tentunya bukan hanya habis disitu. Aktifis lingkungan berharap kita lebih sering mematikan lampu. Ini yang disebelin oleh istri saya kalau saya cetak-cetek dirumah mematikan lampu, sambil ngomel bilang sayang listrik kalau tidak dipakai. Seluruh kota-kota besar mematikan lampu, New York, Paris, London, kecuali Masjid al Haram, Makkah…salah satu tempat paling terang di bumi bila dilihat dari angkasa luar. Sebabnya mungkin belum berhasil ditembus WWF karena disana kalau jam 9 malam masih padat dengan tawaf dan ritual lain, kalau pun dimatikan, akan banyak korban yang terinjak injak dan ini pasti menambah mudarat.

Semestinya harus diingat bahwa imbuan ini adalah bukan hanya satu jam, tapi berterusan hingga akhir hayat. Kalau tidak perlu lampu, matikan saja. Masalahnya dirumah saya kalau mati terus anak-anak pada marah, katanya takut… hehe (mungkin gara-gara nonton filemnya soal setan terus). hehe.

Wednesday, March 11, 2009

Jepang, tidak ada Sorga dan Neraka

Konferensi ke 7 tentang Dialog Peradaban tentang Jepang and Muslim World, dibuka hari ini di Shearton Al Kuwait (11/3). Presentasi dilakukan dalam bahasa Arab maupun Inggris, dibuka oleh Menteri Wakaf dan Urusan Islam Kuwait, juga dihadiri oleh Syaikha Amsal al Sabah, adik Amir al Sabah Sultan Kuwait.


Suasana Pembukaan Konferensi

Pembukaan ini dihadiri oleh sekitar 200 orang dan acara yang cukup meriah juga, dikiri kanan ada pameran yang diadakan oleh berbagai departemen, termasu dari ministry of awqaf sendiri, juga dari Jepang.

Rupanya forum ini merupakan tukar pendapat para peneliti, dan kebanyakan akademisi yang sifatnya akademis dan sekadar sharing informasi untuk saling belajar tentang kultur masing-masing antara dunia Muslim khususnya Arab dan agama serta kultur Jepang.

Yang menarik saya adalah pemaparan Prof Soko Muchida, tentang perkembangan agama di Jepang. "Tidak ada sorga dan neraka di Jepang, itulah yang membedakannya perkembangan bangsa ini dengan agama semit yang lain seperti agama Yahudi dan Kristiani plus Islam. Kalaupun mereka memeluak suatu agama, tetap hanya secara kultural dan mereka pergi ke candi hanya karena tradisi. Namun orang Jepang punya keyakinan yang kuat bahwa mereka merupakan bagian dari alam, oleh karenanya menjadi wajar bila mereka bisa menyatu dengan alam atau bahkan menguasai alam. Kalau diyakini ini merupakan suatu agama inilah namanya dalam Islam disebut wahdatul wujud (penyatuan manusia dalam alam).

Bersama Mumammad Imam Masjid Rusia

Sebagian diskusi hingga sore memaparkan tentang perkembangan lingkungan di timur tengah dan tantangan untuk kembali pada ajaran praktis Islam tentang lingkungan.

Saya bertemu dengan Dr Aslam Parpaiz yang mengatakan nilai-nilai islam tentang lingkungan harus masuk terinternalisasi dalam kehidupan praktis sehari-hari dan masuk dalam ajaran Islam yang praktis. Sama halnya dengan kewajiban sosial kita yang diajurkan dalam ajaran Islam. Internalisasi inilah yang sedang dikembangkan oleh Aslam di India, walaupun bukan negara muslim namun mereka mempunyai keinginan kuat untuk berkontribusi untuk perawatan bumi dan dunia.

Tuesday, March 10, 2009

Dialog Lingkungan Jepang dan Dunia Muslim



Ministry of Awqaf and Islamic Affair Goverment of Kuwait, mengundang saya bersama beberapa teman dari Indonesia untuk menghadiri dialog peradaban, Jepang dan Dunia Muslim dengan tema: Environment Challages and Vision yang diadakan di Hotel Sheraton Kuwait, sebuah hotel cukup mewah ditengah kota Madinah al Kuwait.


Yang jelas ini baru pertama kali ke Kuwait, setelah di undang Oktober lalu, saya gagal ketempat ini karena soal teknis. Berangkat pakai pesawat Kuwait Air yang tidak banyak penumpang. Hanya beberapa gelintir plus rombongan 'cristour', para umat kritiani sejumlah 36 orang ingin menuju Kuwait dan kemudian melanjutkan perjalanan ke Jurussalem, Mesir dan Yordania. Mereka ini semacam pilgrimage (atau omroh (dikalangang Muslim) atau jiarah spriritual saja untuk membuktikan tempat-tampat bersejarah tersebut. Dua pasangan dari rombongan itu datang dari Palangkaraya, Kalimantan Tengah. Beberapa mereka adalah dari Barito (pedalaman Kalimantan Tengah).


Kuwait sebenarnya kota yang unik. Kehidupan juga sangat dinamis walaupun ada pengaruhnya ketika Saddam Husein (Irak) mencoba mencaplok atau menyerang negara kota ini tahun 1991. Hotel Sheraton yang saya tinggali ini penah hancur dihantam rudal dan terbakar. Kini Kuwait memang bangkit dan kembali menjadi negara makmur yang kaya raya dengan pendapatan perkapita 16.000 USD/tahun, dan penduduk hanya 2.3 juta jiwa serta luas daratan 17.820km2, sekitar empat kali pulau Bali. Mata uangnya Dinar Kuwait, senilai sekarang sama dengan 0.29 DK per 1 USD. Kemarin saya tukarkan 100 USD hanya mendapat 29 Dinar Kuwait, harga sebuah sorban disini saya beli antara 4-6 DK= 130-180 ribu rupiah, cukup lumayan mahal dibanding pasar tanah abang!


Perjalanan Jakarta Kuwait harus melalui Kualalumpur, kelihatannya ganti crew karena tiba di KL jam 3 pagi dan diteruskan ke Kuwait menempuh perjalanan sekitar 9 jam, tiba di Kuwait pukul tujuh pagi. Agaknya tidak terlalu repot karena saya mendapatkan 'calling visa' dari pemerintah yang dikirim melalui e-mail dan kemudian harus ditukarkan dengan visa asli di loket bagian file imigrasi bandara, lalu pergi ke bagian entri untuk memasuki Kuwait.



Tiba hari Selasa (10/3), jalan jalan cukup lengang, ada kemacetan yang tidak berarti, karena fasilitas publik tertata dengan baik. Jalan sangat lebar, dan menjadi ciri khas adalah mobilnya yang besar-besar berkualitas diatas rata-rata 2000 cc. "Orang Kuwait senang mengunakan mobil besar karena harga minyak tidak masalah disini," kata Anura, sopir kami yang berkebangsaan Srilangka, sambil memacu limusinnya menuju hotel. Bensin murah disini, 1 Dinar Kuwait (DK) bisa dapat 15 liter, harganya sekitar Rp2500,- sama lebih murah dari harga air di Jakarta dan tempat lainnya di Indonesia.





Kabarnya (tolong dicek lagi) penduduk asli negara ini hanya sekitar 1 juta orang