Setelah presentasi di London, saya diboyong teman teman ke Burton Upon
tRENTiga jam perjalanan dari London. Tinggal di kompleks perumahan yang sangat asri dengan lahan yang cukup luas. Dibelakang rumah ada cemetery atau kompleks perkuburan, yang masih jarang penghuninya. Ditumbuhi pepohonan besar, dan menurut Ayyub King, merupakan salah satu kompleks yang dimiliki oleh real estate.
Calke Abbey Park (www.nationaltrust.org.uk/calke), jaraknya hanya 20 menit drive dari rumah kami. Kawasan ini merupakan National Nature Reserve, luasnya hanya 600 acre. Di Indonesia mungkin padanannya bisa berupa Taman Hutan Raya yang fungsinya tidak hanya sebagai paru paru kota, tetapi terbuka untuk umum setiap hari. Bedanya, ada kawasan ini benar benar penuh manfaat. Ada peternakan biri biri yang memang sengaja dibawa oleh pemilik awal kawasan ini sejak abad 18. Bulunya diolah dengan tangan, merupakan produksi khas, ada kandang rusa merah dan fallow deer.
Taman dan kawasan ini tadinya merupakan milik para aristokrat (orang ningrat) inggris yang berkuasa dan berjaya di zaman kolonial. Mereka adalah tuan tanah (landlord), raja raja kecil di negara bagian, dan para gubernur kolonial yang membawa kemakmuran dan kekayaan dari tanah jajahan mereka. Ketika zaman berubah, keturunannya tidak lagi dapat merawat kawasan yang besar ini lalu diserahkan pada lembaga yang namanya ’National Trust’ semacam lembaga khusus yang diberikan kepercayaan oleh mereka yang mempunyai untuk kemudian digunakan oleh kepentingan publik.
”Zaman berubah, semua orang akan dipergilirkan, kini kami bisa menikmati kawasan ini yang tadinya orang dilarang masuk” kata Saba Khalid, istri Fazlun Khalid mengenang.
Ketempat ini, anda bisa mengajak teman, sekedar berjalan jalan melihat dan menikmati pergantian musim. Musim gugur merupakan salah satu musim favorit, ketika suhu berkisar antara 11-13. Sejuk udara, mendukung anda untuk berjalan jauh tanpa mendapat keringat.
Autum atau musim gugur, merupakan musim peralihan yang indah, dimana daun daunan rontok berguguran. Lapangan terhampar luas dengan parkir yang memadai, dilengkapi juga dengan tempat bermain anak anak. Tua muda menikmati musim kesini untuk menghabiskan akhir minggu. Makan di restoran dengen menu khas buatan tangan (hand made), yang disediakan di kompleks tersebut. Tentu saja kalau tidak tahan dingin ruangan ini akan menghangatkan sambil menikmati menu makan siang atau minum teh hangat di sore hari (yang merupakan tradisi Inggris).
Kami berjalan menuju aliran sungai yang ternyata menjadi reservoar kota, menuruni bantaran kali dan berjalan dipinggiran sungai. Disini memang telah tersedia jalan jalan setapak, yang menyediakan kesempatan kemanapun anda bisa mengekplorasi kawasan. Melihat rumah para ningrat (mansion house), termasuk gereja keluarga, tempat merumput biri biri yang tersebar dimana mana. ”Itu pohon oak, yang umurnya bisa ratusan tahun,” kata Fazlun menjelaskan. Sayapun manggut manggunt dan buru buru saya ambil kamera untuk memontret. Pohon ini tidak telalu besar tetapi rindang, dengan percabangan mekar seperti beringin.
Menjelang musim gugur hingga musim dingin, taman yang ada rumah ningrat itu sementara tidak dibuka karena dalam pemulihan dan perawatan.
Kami berbelok kekiri menyebrang bendungan kecil reservoar air yang mengalir ke arah selatan kawasan. Disini dijumpai danau, dan air mengalir ke kawasan lembah yang kemudian mengaliri Stauntin Harold Reservoir. Disitu ada rusa yang dipagar dan kelihatannya tidak terlalu jinak dengan manusia, karena mereka berupaya menjauhi para pengunjung.
Disini tempat yang memand dibiarkan alami, dimana studi ilmiah dapat dilakukan. Juga anda terkadang menemui bebarapa jenis hidupan liar sepanjang tahun. Saya melihat burung crane dan itik liar yang cukup jinak, karena pengunjung tampak bisa memberi makanan pada hewan itu dan mereka berebut makan.
Kami pulang menuju rumah setelah kelelahan berjalan beberapa kilometer, lalu menikmati ’english tea’ yang hangat disore hari.
Tabik!
Calke Abbey Park (www.nationaltrust.org.uk/calke), jaraknya hanya 20 menit drive dari rumah kami. Kawasan ini merupakan National Nature Reserve, luasnya hanya 600 acre. Di Indonesia mungkin padanannya bisa berupa Taman Hutan Raya yang fungsinya tidak hanya sebagai paru paru kota, tetapi terbuka untuk umum setiap hari. Bedanya, ada kawasan ini benar benar penuh manfaat. Ada peternakan biri biri yang memang sengaja dibawa oleh pemilik awal kawasan ini sejak abad 18. Bulunya diolah dengan tangan, merupakan produksi khas, ada kandang rusa merah dan fallow deer.
Taman dan kawasan ini tadinya merupakan milik para aristokrat (orang ningrat) inggris yang berkuasa dan berjaya di zaman kolonial. Mereka adalah tuan tanah (landlord), raja raja kecil di negara bagian, dan para gubernur kolonial yang membawa kemakmuran dan kekayaan dari tanah jajahan mereka. Ketika zaman berubah, keturunannya tidak lagi dapat merawat kawasan yang besar ini lalu diserahkan pada lembaga yang namanya ’National Trust’ semacam lembaga khusus yang diberikan kepercayaan oleh mereka yang mempunyai untuk kemudian digunakan oleh kepentingan publik.
”Zaman berubah, semua orang akan dipergilirkan, kini kami bisa menikmati kawasan ini yang tadinya orang dilarang masuk” kata Saba Khalid, istri Fazlun Khalid mengenang.
Ketempat ini, anda bisa mengajak teman, sekedar berjalan jalan melihat dan menikmati pergantian musim. Musim gugur merupakan salah satu musim favorit, ketika suhu berkisar antara 11-13. Sejuk udara, mendukung anda untuk berjalan jauh tanpa mendapat keringat.
Autum atau musim gugur, merupakan musim peralihan yang indah, dimana daun daunan rontok berguguran. Lapangan terhampar luas dengan parkir yang memadai, dilengkapi juga dengan tempat bermain anak anak. Tua muda menikmati musim kesini untuk menghabiskan akhir minggu. Makan di restoran dengen menu khas buatan tangan (hand made), yang disediakan di kompleks tersebut. Tentu saja kalau tidak tahan dingin ruangan ini akan menghangatkan sambil menikmati menu makan siang atau minum teh hangat di sore hari (yang merupakan tradisi Inggris).
Kami berjalan menuju aliran sungai yang ternyata menjadi reservoar kota, menuruni bantaran kali dan berjalan dipinggiran sungai. Disini memang telah tersedia jalan jalan setapak, yang menyediakan kesempatan kemanapun anda bisa mengekplorasi kawasan. Melihat rumah para ningrat (mansion house), termasuk gereja keluarga, tempat merumput biri biri yang tersebar dimana mana. ”Itu pohon oak, yang umurnya bisa ratusan tahun,” kata Fazlun menjelaskan. Sayapun manggut manggunt dan buru buru saya ambil kamera untuk memontret. Pohon ini tidak telalu besar tetapi rindang, dengan percabangan mekar seperti beringin.
Menjelang musim gugur hingga musim dingin, taman yang ada rumah ningrat itu sementara tidak dibuka karena dalam pemulihan dan perawatan.
Kami berbelok kekiri menyebrang bendungan kecil reservoar air yang mengalir ke arah selatan kawasan. Disini dijumpai danau, dan air mengalir ke kawasan lembah yang kemudian mengaliri Stauntin Harold Reservoir. Disitu ada rusa yang dipagar dan kelihatannya tidak terlalu jinak dengan manusia, karena mereka berupaya menjauhi para pengunjung.
Disini tempat yang memand dibiarkan alami, dimana studi ilmiah dapat dilakukan. Juga anda terkadang menemui bebarapa jenis hidupan liar sepanjang tahun. Saya melihat burung crane dan itik liar yang cukup jinak, karena pengunjung tampak bisa memberi makanan pada hewan itu dan mereka berebut makan.
Kami pulang menuju rumah setelah kelelahan berjalan beberapa kilometer, lalu menikmati ’english tea’ yang hangat disore hari.
Tabik!