Ini catatan tertinggal selama kunjungan saya ke UK. Selama saya disana saya bertemu dengan dua mahasiswi pengejar gelar PhD. Satu Shinta Puspitasari di Oxford, dan Rondang Siregar di Cambridge, saya tentu saja bangga, kedua putri ini kini tengah 'struggle' mengejar PhDnya tanpa bantuan beasiswa dari negara, karena mereka mempunyai latar belakang bukan sebagai seorang dosen atau peneliti (yang satu-satunya diprioritaskan untuk mendapat beasiswa dikti), dan untuk mengejar itu, mereka harus bekerja sambilan.
Rondang Siregar
Tidak banyak mahasiswa Indonesia yang mempunyai kesempatan juga berkeinginan kuat untuk mengejar PhD, salah satunya termasuk Rondang Siregar. Beliau alumni UNAS satu tahun diatas saya, tengah menyelesaikan disertasinya tentang orangutan. Karena kadung janji sudah di negeri orang, October 24, 2008 saya terbang dari Edinburgh menuju Gatwick Airport, pakai pesawat Easy Fly, beli tiket pakai online, print langsung bawa tikenya sendiri ke airport. Mudah sekali hidup di jaman ini.
Rupaya Ka Rondang, begitu saya memanggilnya, tengah sibuk di labnya ketika saya tiba di alun-alun kota Cambrigde, sudah agak sore telp tidak nyambung membuat saya agak khawatir tidak dijemput. Padahal--besok paginya baru saya sadar--kota ini memang sesungguhnya kecil tetapi massif dengan bangunan yang banyak diantaranya kuno, termasuk bangunan Katedral Cristian Chruch (kalau tidak salah) yang berada di pinggir kali Cambrigde University. Tiba pakai bus. Rondang menjempus saya pakai sepeda, saking dinginnya saya masuk kompleks kolam renang dipinggiran alun-alun duduk di meeting point, setelah janjian sama Rondang.
Shinta Puspitasari
Akhirnya datang juga!
Karena datang sekitar pukul tujuh malam, kita jalan kaki ke asrama kampus yang disewanya. Dengan senang hati saya dipersilahkan tidur dikamar mahasiswa yang hanya cukup untuk satu orang, nah, Kak Rondang menjadi 'korban' tidur dengan sleeping bag di lab University of Cambridge. Penghormatan tamu yang luar biasa! Tapi kedatangan saya tampaknya mengobati rindunya dengan tanah air terlebih lagi saya membakannya bumbu rendang dan bumbu nasi goreng yang dia pesan dari tanah air.
Sebenarnya Rondang sebentar lagi selesai, tetapi karena dia juga harus bekerja untuk bertahan hidup, menyelesaikan disertasi tanpa beasiswa, menyebabkan dia lama untuk selesai. Begitulah seninya, sambil tidak banyak berhadap pada negeri sendiri yang sedang banyak uang, tapi dikorupsi oleh para pejabat yang seenaknya membagi-bagikan uang negara! Jangan heran kalau ada anggota parlemen cepat kaya mendadak karena konspirasi politik seperti ini. Tidak adakah bujet dari parlemen untuk membantu mahasiswa seperti mereka?
Saya yakin, kita perlu orang yang berwawasan dan mempunyai kepintaran untuk menjadi wakil rakyat di negeri ini, bukan kemudian mereka yang tidak pintar duduk di DPR lalu kesana kemari mengadakan studi banding dengan biaya negara, karena merasa mereka memang tidak mempunyai khasanah dan pengalaman dalam mengelola negara dan tidak pintar harus belajar lagi setelah di parlemen? Came on!
Saya tidak habis pikir, kedua putri kita ini ibaratnya tengah 'pontang-panting' untuk menyelesaikan disertasinya dengan sambil bekerja, tentu saja kita bisa berharap mereka segera selesai dan berkarya di tanah air. Mereka ini bukan hanya Raden Ajeng Kartini, tapi orang yang harus didorong untuk segera menyumbangkan kontribusinya untuk negara, jangan lagi orang yang baru ingin belajar memberanikan diri memimpin negara. Berapa orang mempunyai pengalaman dan bergelar S2 dan S3 di parlemen? Bahkan yang memalukan, ada yang mencoba masuk parlemen dengan ijasah palsu! Habislah negara ini!
Shinta Puspitasari menuturkan Dia berlinang air mata ketika memutar lagu Indonesia Raya, di blog kanan saya ini. Ini edisi lengkap Indonesia Raya yang memang menimbulkan semangat warisan perjuangan. Baitnya reffnya dinyanyikan lengkap dan tidak dibaca separo. Ini yang saya usulkan ketika pelantikan para pejabat, atau anggota DPR RI lagu ini harus dinyanyikan secara lengkap, karena ini pedoman umum mengelola negara selain UUD. Indonesia Raya Edisi Lengkap penuh dengan cita cita dan semangat membela tanah air dan pengorbanan.
Please simak lagu ini., tidak banyak orang Indonesia yang tahu!
"Sadarlah hatija, sadarlah boedija untuk Indonesia Raja"
"Indonesia tanah jang akoe sajangi,..."
Kembali ke CambridgeUniversitas ini merupakan salah satu University terbaik di UK, Pangeran Charles adalah alumni Trinity college Cambrigde. Masih ingat Watson dan Crick? penemu double helix DNA, ini adalah bekarja di Lab Cambrigde. Pagi-pagi ketika berkeliling dengan kak Rondang, saya ditunjukkan tempat konko-konkonya Watson Crick sebuah restoran yang kemudian menjadi sejarah penemuan tersebut. Jadi tentu sekolah di Cambrigde bukan sembarang orang.
Di pusat kampus Cambridge kita bisa menyaksikan orang berkeliling kampus dengan menggunakan perahu dan membayar 4 pond sterling, yang mendayung adalah mahasiswa yang kemudian menjelaskan tentang kanal yang dibuat itu.
Tentu bisa menjadi sumber pendapatan untuk kampus. Saya juga ke masuk ke Gereja Anglikan yang menurut Rondang koor Gerejanya luar biasa bagus, sehingga ditayangkan ke seluruh dunia pada saat hari natal oleh BBC London dan channel penting lainnya. Saya menyaksikan piano yang besarnya sama dengan metro mini. Pengunjung dengan tertib mengelilingi gereja yang cukup sakral ini.
Nah, terakhir, saya berkunjung ke lab Ka Rondang. Disitu tertulis siapa saja yang sudah mendapatkan gelar PhD, ini khusus yang dibimbing oleh Dr David Chievers promotornya Rondang. Ada belasan, orang, termasuk diantaranya Dr. Yanuar (alumni UNAS) yang baru saja tamat sebagai ahli primata juga.
Saya sangat beruntung, dan mensupport semua mimpi kedua putri kita ini, walaupun nanti kalau ke UK lagi saya hanya bisa bawa kacang atom (yang tak ada di UK), sambel rendang dan bumbu nasi goreng. Selamat mengerjar mimpi anda!